YASTI

Rabu, 12 April 2017

Bersama Hujan

Bersama Hujan

Judul Cerpen Bersama Hujan
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Romantis


Hari itu merupakan hari ke dua Dara bersekolah di sekolah tersebut. Kejadian berawal saat Dara sedang berteduh di halte dekat sekolah. Dia duduk memandangi setiap tetesan hujan yang jatuh membasahi jalanan. Dara merangkul tangannya, sekali kali menggosok kedua telapak tangannya agar ia terasa lebih hangat. saat itulah, seorang pria datang dan duduk di samping Dara.
“Boleh duduk di sini?” pria itu bertanya dan tersenyum pada Dara. Dan Dara membalas dengan senyuman.
“Hm… kelas berapa? kayaknya, aku baru lihat..” tanya pria itu tersenyum pada Dara.
“Kelas 10 kak… kalau kakak kelas berapa?” jawab Dara dengan deg-degan.
“Kelas 12. namanya siapa?”
“Aku Dara. kakak sendiri?”
“Deo. Deo Alando”. dia tersenyum dan tak lagi melanjutkan pembicaraan. Nampak oleh Dara, Deo sedang asyik bermain game di handphonenya.
Sembari menunggu hujan reda, Dara kembali melakukan hal yang sama. Ya! menggosokkan kedua telapak tangannya. Begitu seterusnya. Dara ingin berbincang lagu dengan Deo. Namun, ia tak ingin mengganggu Deo yang sedang asyik bermain game.
sekitar 30 menit, hujan mulai reda. Dara memutuskan untuk langsung pulang tanpa mengabari Deo. ia terus berjalan. makin menjauh, dan setelah itu, Deo berteriak
“HEYY.. DARA.. KITA BISA BERTEMAN KAN?” entah Dara mendengarnya atau tidak, dan terlihat dari jauh, Dara sedang tersenyum.
Setelah kejadian itu, Dara sering bertemu dengan Deo. Lama kelamaan, mereka saling menyukai, tetapi, tak ada satupun di antara mreka yang berani untuk mengungkapkan perasaan masing-masing. Dan bahkan, mereka terkadang pulang bersama. Dan anehnya, saat mereka pulang bersama, pasti selalu terjadi hujan. Ya hujan! Hujanlah yang telah membuat mereka bertemu.
Waktu terus berlalu. Deo yang saat itu berada di bangku kelas 12, tentulah harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
“Dara.. kau tau? tak terasa kita sudah sangat dekat. Kedekatan kita ini telah membuat orang beranggapan bahwa, kita merupakan saudara kandung. Dan kau tau? saat awal kita bertemu, perasaanku tak karuan. dan aku terus mencari jawabannya. dan jawabannya adalah, ternyata aku mulai mengagumimu. Kagum akan kepintaranmu, prestasimu, kecantikanmu dan tentunya keindahan hatimu. dan kelak, kuharap kau membaca surat ini. entah kapan kita kan kembali bertemu. namun aku, selalu menunggumu. DARA.
Untuk: Lasya Vindara.
Dari: Deo Alando.”
Deo melipat kertas itu, kemudian memasukkannya ke dalam sebuah amplop, dan diletakkannya ke dalam tas Dara secara diam-diam. Dan Hari itu merupakan hari terakhir Deo berjumpa dengan Dara. dan tentunya, saat itu sedang terjadi hujan, hujan yang mengiringi kepergian Deo dari sekolah tersebut.
2 tahun kemudian
Sejak hari itu, Deo dan Dara tak lagi berjumpa. Dara yang duduk di halte dekat sekolah untuk menunggu hujan reda, mengingat saat pertama kali ia bertemu dengan Deo.
“Sebuah perkenalan akan berujung pada perpisahan” samar-samar ia teringat kalimat yang Deo berikan untuknya, sebelum acara perpisahan kelas 12 saat itu.
“Kak Deo.. andai kau tau… aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu. andai kau juga tau itu. dan aku berharap, akan ada keajaiban yang membuat kita kembali bertemu. Aku juga menyukaimu, kak Deo. dari dulu, saat awal kita bertemu.” Kata Dara yang melihat surat yang diberikan Deo waktu itu.
“Kau tau? aku selalu membaca surat ini setiap terjadi hujan. karena hanya bersama hujan, aku selalu merasa ada di dekatmu. Bersama hujan pula, kita bertemu, dan aku berharap, bersama hujah ini…” belum sempat Dara melanjutkan kalimatnya, seseoranmg mengatakan dengan suara yang pernah ia dengar.
“Dan bersama hujan pula, kita bertemu kembali. terimakasih Dara.”
“HAHH… KAK DEOO…”
mereka bertemu kembali BERSAMA HUJAN