Takkan Kembali
Judul Cerpen Takkan KembaliCerpen Karangan: Sumirat Nurcahyani
Kategori: Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 12 April 2017
Hari sudah mulai gelap namun Pras belum juga datang. Aku menunggu sudah hampir satu jam di halte. Aku bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap, Aku menghubungi Pras kalau aku pulang dia aku suruh datang langsung ke rumah.
“Raina.. tunggu”
“Hei Pras kok lama banget sih”
“Maaf tadi busnya mogok”
“Hmmm, ya udah ayo ke rumah udah gelap ni.”
“Iya ayo.”
Sampai di rumah Pras disambut dengan ibuku. Pras adalah temen SD aku, aku sudah anggap Pras seperti kakak aku sendiri begitu juga Pras.
“Anak-anak ayo makan dulu, Ibu sudah menyiapkan makanan.”
“Iya Bu.”
“Pras mana kak?”
“Kayanya lagi di kamar bu.”
“Cepat panggil suruh makan dulu terus baru istirahat.”
“Pras ayo makan”
“Iya bentar.”
“Cepat ya, aku tunggu di ruang makan.”
“Iya rain.”
“Maaf tante saya lama, barusan mandi dulu.”
“Biasanya juga gak mandi kok.”
“Kok kamu tahu rain”
“Tahu lah.. hahaha.”
“Udah ayo makan dulu.”
Pras udah tidur belum ya, aku nggak bisa tidur. Hah kenapa juga tadi siang aku tidur alhasil aku susah tidur. Aku ke kamar Pras aja ah, eh tapi dia pasti capek tadi siang kan di perjalanan. Ya udah aku keluar depan rumah aja.
“Eh Pras kok kamu di sini, kamu nggak tidur.”
“Aku tadi tidur di Bus sekarang susah tidur, kamu sendiri mau kemana?”
“Aku mau di luar, aku juga nggak bisa tidur, tadi siang aku tidur lama banget jadi belum ngantuk deh.”
“Rain besok ada acara ke mana nggak?”
“Kayanya si nggak ada, kenapa?”
“Jalan-jalan yuk rain.”
“Jalan-jalan ke mana.”
“Ke mana aja, ayo mau nggak?”
“Mau lah, hmmm kak ngomong-ngomong gimana hubungan kamu sama laras.”
“Nggak gimana-gimana rain, aku sudah lama nggak sama dia”
“Udah nggak sama dia, Kenapa?”
“Udah nggak cocok aja.”
“Dasar cowok enak banget bilang gitu.”
“Nggak gitu juga kok.”
“Tapi kebanyakan gitu.. wkwkwk.”
“Kalau kamu sekarang sama siapa”
“Hoamm ngantuk, aku tidur dulu ya Pras.”
Pagi Pras bangun bangun. Eh lha di mana Pras kok udah nggak ada di kamarnya. Eh foto siapa di kasurnya lihat ah. Kok Pras…
“Raina”
“Eh iya”
“Cepat rain ayo jalan-jalan jangan tidur terus.”
“Kamu kira aku apa tidur terus”
“udaranya segar banget ya rain”
“Iya”
“Kamu kenapa?”
“Aku laper”
“Hih kamu ini”
“Eh kok tiba-tiba hujan ayo rain lari cari tempat teduh”
Ih kenapa aku jadi gini Pras itu kakak aku hah jangan gini rain inget rainan Pras kakak kamu.
“Kamu kenapa rain, kamu kedinginan rain.”
“Nggak kak, aku pingin hujan-hujanan, ayo Pras pulang hujan-hujanan.”
“Nanti kamu sakit Rain.”
“Nggak Pras, ayoo”
“Ayoo, yang sampai rumah dulu menang.”
“Ih Pras kamu curang masa lari dulu.’
“Pras tunggu.. Aaa!”
“Raina kamu nggak apa-apa.”
“Pras gimana si, liat sakit nih.”
“Iya-iya pesek, ayo bangun”
“Ah nggak bisa kaki aku kayanya terkilir deh Pras.”
“Ya udah ayo sini naik ke punggung aku.”
“Emang kamu kuat.”
“Udah ayo sini.”
“Uh ternyata berat banget.”
“Hih Pras.”
“Beneran kamu berat nih rain.. hehe.”
Jantung aku kenapa berdetak kencang seperti ini. Pras hanya kakak aku dan sempat menjadi masa laluku jangan biarkan yang dulu datang kembali.
“Hah sampai, rain turun rain.”
“Eh iya heheh.”
“Ayo sini aku bantu jalan, Tante?”
“Ibu aku lagi ada arisan keluarga Pras.”
“Ya udah sini aku obtain, tempat obatnya di mana rain?’
“Di sana Pras.”
“Bentar yah tahan sedikit, sakit sebentar tapi perihnya lama.”
“Ih Pras mah gitu.”
“Udah selesai.”
“Makasih Pras.”
“Rain aku boleh tanya nggak sama kamu”
“Mau tanya apa Pras”
“Tante tahu nggak kalau kita dulu sudah sempat pacaran.”
“Kenapa Pras, kok kamu tanya gitu.”
“Kalau tante tahu sebenarnya aku nggak enak nginep di sini.”
“Nggak tahu kok Pras, aku belum sempat cerita ke Ibu aku.”
“Apa kamu masih punya perasaan ke aku rain?”
“Ah Pras aku laper bisa bikinin aku mie nggak.”
“Eh iya sampai lupa kamu kan jatuh gara-gara kelaparan, iya bentar yah aku bikinin”
Huh kenapa juga Pras tanya kaya gitu ke aku, aku kan bingung mau jawab apa.
Sudah sebulan Pras tinggal di rumahku dan hari ini hari Pras balik ke Bandung. Rasanya berat aku masih ingin bersama Pras tapi aku tahu aku hanya teman dan masa lalunya jadi aku nggak punya hak untuk mencegah dia pulang ke Bandung.
“Rain aku harap bulan besok kita bisa ketemu dengan senyum bahagia.”
“Iya Pras, kamu di jalan hati-hati ya kalau sudah sampai kabarin ya”
“Siap bos, besok gentian kamu liburan di tempat aku ya Rain, aku tunggu kamu datang.”
“Hmmm gimana ya, siap deh”
“Ya udah aku pamit ya, jaga diri kamu baik-baik meski udah nggak sama aku lagi.”
Sampai di rumah aku bingung kenapa Pras ngomong gitu ke aku ya, eh jangan-jangan ah nggak mungkin Pras mau mati. Yah besok sudah masuk kuliah.
Hah capek banget ada acara macet segala di jalan.
“Kakak ada undangan buat kakak di ruang tamu.”
“Undangan apa Bu.”
“Kayanya undangan pernikahan deh ka.”
“Pernikahan siapa Bu”
“Belum tahu kak, Ibu belum sempet baca.”
“Kenapa juga dapet undangan pernikahan aku aja masih jomblo.”
“Di mana Bu.”
“Samping majalah.”
“Oh ini.”
“Undangan siapa kak”
“Kak..”
Ternyata maksud ucapan Pras sebulan yang lalu ini, aku harus kuat air mataku nggak boleh mengalir. Ingat pesan Pras aku harus bahagia.
Hati aku serasa dirobek-robek seseorang yang aku cinta yang aku harapkan masih bisa kembali ternyata hanya mimpiku saja. Sejak itu aku nggak bertemu Pras dan berharap untuk tidak ketemu Pras karena itu sangat menyakitkan untuk aku, meskipun mungkin Cuma aku yang masih ada perasaan untuknya. Aku berusaha merelakannya kalau dia bahagia.